Ritual Seks Gunung Kemukus Mulai Viral Kembali

Ritual yang sempat merebak di dunia maya ini, nyatanya kembali jadi perbincangan. Jika sebelumnya perbincangan tersebut dilakukan oleh orang dalam negeri, justru kali ini giliran orang luar negeri yang membahas seputar ritual tersebut.

Ritual seks di Gunung Kemukus mendadak kembali viral di internet. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang baru, tapi lebih karena ritual ini diulas ulang oleh media asing, sehingga memunculkan pemberitaan lagi.

Mungkin beberapa hari belakangan ini banyak yang menerima broadcast di media sosial tentang ritual seks Gunung Kemukus, yang pernah heboh pada 2014. Broadcast ini viral karena beritanya ditulis oleh ynaija.com, situs media online Nigeria.

Tanpa disengaja, bidang penulisan Rosy Edwards si pembuat artikel adalah seputar sex and relationship. Dia memiliki tulisan berseri tentang Sex Around The World. Pada Minggu, 27 Agustus 2017, dia menulis artikel Sex Around The World: An Indonesian Festival of Sex with Strangers.

Pada hari yang sama, artikel ini langsung disadur oleh ynaija.com dengan judul Understanding the Paradoxical Pon Festival of Indonesia. Artikel inilah yang kemudian disebarluaskan oleh netizen Indonesia.

Namun kisah soal ritual seks untuk mencari peruntungan di gunung di dekat Solo ini, setelah dicek, tidak menawarkan data yang baru. Rosy Edwards ternyata mengolah lagi berita lama dari SBS Australia pada 2014, yang melakukan peliputan langsung ke Gunung Kemukus.

Inti ceritanya adalah orang-orang melakukan ritual seks dengan orang lain pada Jumat Pon di Gunung Kemukus, meskipun mereka sudah punya pasangan dan sudah menikah. Tujuan ritual seks ini untuk mendapatkan peruntungan yang mereka percayai.

Di gunung itu ada sebuah tempat keramat terkait dengan Pangeran Samudro dan Nyai Ontrowulan. Karena viralnya berita tersebut, Gubernur Jawa Tengah pun turun tangan atas berita tersebut.

Memang berita lama yang dikemas lagi dan disebarluaskan akan dengan mudah berpotensi menjadi viral kembali.

Jika kita tilik kembali, apa itu ritual Gunung Kemukus?

Mencari “jodoh” di Kemukus tak semudah yang disangka.

Selain dibutuhkan keberanian mengawali perkenalan, peziarah juga harus jeli dalam memilih pasangan untuk melakukan ritual seks di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.

Peziarah baru yang belum kenal medan Kemukus banyak yang tertipu.

Maksud hati mencari teman ngalap berkah, tahunya malah jatuh ke pelukan kupu-kupu malam atau laki-laki hidung belang yang cuma mau ngalap birahi.

“Kalau sudah dua-tiga kali ke sini, baru kita tahu mana peziarah asli, mana wanita pelat kuning yang memang mangkal di Kemukus,” kata Suhandi, peziarah yang mengaku rajin ke Kemukus setelah usaha dagangnya hancur gara-gara diguna-gunai orang.

“Piyambak mawon, Mas?” atau “Piyambak mawon, Mbak?” adalah kata-kata kunci pembuka perkenalan di antara peziarah Gunung Kumukus.

Kalau yang ditanya kebetulan memang piyambak mawon alias sendiri saja, maka artinya perkenalan boleh dilanjutkan dengan bercakap-cakap santai di bawah pepohonan.

Kalau keduanya – laki dan perempuan, tentunya – juga ternyata punya niat yang sama, ngalap berkah Pangeran Samudra, bisa saja malamnya mereka tidur bersama.

Umumnya, peziarah menghindari hubungan dengan wanita sewaan.

Bukan hanya karena ini berarti harus dikeluarkannya biaya ekstra, tapi juga karena dengan wanita begituan kelanggengan hubungan sulit dipertahankan.

“Bisa saja malam ini dia tidur dengan kita, tapi bulan depan main dengan orang lain,” cerita seorang peziarah.

“Maklum, namanya juga wanita bayaran.”

Namun, aturan main para juru kunci makam rupanya kurang jelas mengatur soal teman kencan ini.

Soal hubungan dengan wanita pelat kuning tak pernah disebut bagaimana hukumnya.

Karenanya, tak aneh kalau ada sementara peziarah mencari jalan yang gampang saja.

Pokoknya, asal tetap mematuhi prinsip tak berganti-ganti pasangan selama tujuh kali berturut-turut.

Nama Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah mendadak tenar seantero dunia usai Patrick Abboud, jurnalis asing dari program Dateline SBS Australia, yang membuat kisah ritual seks aneh di gunung tersebut.

Mereka yang melakukan ritual seks mulai dari pria beristri, ibu rumah tangga, pejabat, hingga pekerja seks komersial (PSK).

Bahkan, lokasi itu kerap dijadikan tempat prostitusi.

Tempat itu kini begitu populer sehingga menarik wisatawan lokal.

Ironisnya, pemerintah setempat saat itu menarik pungutan kepada mereka yang memasuki kawasan tersebut.

Wah, memang rasanya adat istiadat dan kepercayaan zaman dahulu agaknya sulit untuk ditinggalkan. Semoga saja, hal ini bukan menjadi ajang pergaulan bebas atau sejenisnya.

Shares

Powered by moviekillers.com