Peserta Audisi Ajang KDI Dikeluarkan Karena Tak Cantik
Mengikuti sebuah ajang pencarian bakat, tentu bukanlah hal yang mduah. Agar bisa bertemu juri langsung, biasanya para peserta harus benar-benar memukau dan memiliki skill yang baik agar bisa menggaet hati para juri dan meloloskanmu ke tahap selanjutnya. Ketika audisi pula, seharusnya para peserta sudah mempersiapkan diri dengan baik dan harus bisa tampil menarik, agar para juri bisa mempertimbangkan sang peserta.
Namun, apa jadinya jika seorang peserta justru datang seolah tanpa persiapan sama sekali? Apakah juri akan terkesan?
Ya, tampil mengesankan adalah salah satu modal yang perlu bagi setiap peserta ajang pencarian bakat. Jangan sampai, kamu bepikiran datang ke sebauh audisi dengan biasa-biasa saja atau tanpa memoles sedikit diri kamu. Jika kamu tidak ingin kejadian serupa yang dialami oleh seorang peserta audisi ajang pencarian bakat KDI menimpamu. Bagaimana kisahnya?
Ajang pencarian bakat penyanyi dangdut bertajuk Kontes Dangdut Indonesia (KDI) kembali digelar.
Audisi ini digelar di delapan kota besar di Indonesia, yaitu Makassar, Medan, Semarang, Surabaya, Palembang, Banjarmasin, Bandung, dan Jakarta.
Dari banyaknya peserta audisi, ada satu sosok peserta yang mencuri perhatian publik lantaran dirinya tampil benar-benar apa adanya tanpa sentuhan makeup atau pakaian yang rapi layaknya peserta lainnya.
Hal ini pun tersebar luas melalui video audisi yang kemudian viral di sosial media.
Isi video tersebut tiga orang juri mengomentari soal dandanan salah satu audisi.
Bukan soal rias dandanan saja, tetapi juga pakaian yang dikenakan seorang audisi tersebut.
Ketiga juri yang mengomentari dandanan dan mengusir audisi tersebut adalah Beniqno, Iis Dahlia, dan Trie Utami.
“Perkenalkan namanya sayang,” ucap Beniqno.
“Nama saya Waode Sofia, umur saya 16 tahun, pelajar dari Bau-Bau.
Tiba-tiba seorang juri IIS Dahlia langsung melayangkan komentarnya. “Tadi ketemu teman-teman kamu tidak di luar?”
“Ketemu,” jawab Sofia.
“Mereka kayak apa mau audisi?’ Pakai bedak, tidak? Pakai lipstik, tidak? Pakai yang baju benar, enggak?’
“Oke, pakek,” jawab Sofia.
“Kenapa Waode enggak berusaha pake seperti mereka,” tanya Juri Iis Dahlia dan Beniqno.
“Bajunya ketinggalan di kampung,” jawab Sofia.
“Ha…serius mau ikutan KDI?” tanya juri Trie Utami.
“Ya,” jawab Sofia.
“Yo, kau cari model baju lain Waode. Enggak tau entah teman kamu ada bawa,” saran Trie Utami.
“Sofi…nanti aja audisinya, kamu makeup-an dulu, kamu rapiin dulu, nanti bisa ke sini lagi. ” ujar Beniqno.
Tiba-tiba masuk seorang pria dengan jaket hitam dan kacamata hitam di kepalanya.
Dia adalah pemandu para peserta audisi.
“Woh…ini anak belum disuruh nyanyi sudah disuruh keluar,” ujarnya.
“Wel…lu tak ada urusan ya, kita dari tadi sudah ngetes suara anak-anak, mereka sudah paper dandan.Yang Suaranya jelong aja, manja dandanan,” kata Iis Dahlia.
“Oke juri, aku turutin kemauan kalian,” ujar pemandu tersebut sambil membawa keluar Sofia.
Sofia tampak menunjukkan raut wajah sedih saat di bawa keluar.
Tanggapan warganet beragam menaggapi sikap ketiga juri tersebut.
“Gimana mau maju atau g dibilang kampungan. Audisi dangdut yg dinilai utama suaranya. Bukan penampilannya. Inget x factor. Peserta yg hanya pakai seragam sekolah. Bisa jadi juara. Lah ini. Belom jadi penyanyi. Juri udah Bully penampilan Dari pakaiannya. Coba image nya ubah jadi Modern para juri/panitia. G usah diwajibkan dandanan yg terkesan Norak. Suara yg utama bukan pakaiannya,” komentar @sael alvarendra.
“Harusnya ga gini…. si fatin aja pake baju sekolah….bisa juara… maslah dandan ma…bisa dibnerin pas udah lolos …gua lucu kemasan jurinya kok gini……kesannya diskriminatif gtu…gua positif si maksud juri memang bner all out 100 % klo mau audisi….tpi ga enak bgt ..atau ini hanya settingan gua ga tau….gmn klo sipeserta dri kaum ga punya…. tpi punya talenta yg bgus…#jgn sering sering deh kek gini,” lanjut komentar @Amadeos Ganteng.
Nah, banyak netizen beranggapan bahwa ajang pencarian bakat suara tentu haruslah lebih mengutamakan suara daripada hal lainnya. Misalkan menginginkan sang peserta berpenampilan jauh lebih baik, maka seharusnya bisa berbicara dengan baik-baik dan tidak dengan cara tersebut. Cara seperti itu dinilai buruk bagi perkembangan mental peserta.
Kalau menurutmu bagaimana guys?
