SENYUM.com

Mengeluh Sakit, Ibu Buktikan Cinta Kasihnya Pada Anak

Tinggal jauh dari orang tua karena harus menempuh pendidikan atau bekerja. Tentu merupakan hal yang cukup menyulitkan, bahkan terbilang menyedihkan bagi seorang anak perempuan.

Anak perempuan yang biasanya manja-manja terhadap orang tuanya dan harus jauh dari keluarga sendirian. Tentu merupakan hal yang wajar, jika sewaktu-waktu mengalami rasa sedih dan membutuhkan perhatian dari orang tuanya.

Pasti, bagi kamu yang sudah sering merantau jauh dari orang tua sudah tidak kaget lagi ya dengan fenomena seperti ini?

Ya, hal inilah juga yang dialami oleh seorang gadis yang dikabarkan memang tinggal cukup jauh dari kedua orang tuanya.

Suatu hari pun, ia mengetahui bahwa cinta kasih seorang ibu memang tidak dapat tergantikan oleh siapapun juga.

Grace Li, sudah membuktikan cinta kasih ibunya yang begitu besar terhadapnya. Bahkan, anak-anak lain pun akan merasa iri terhadap Grace karena ibunya begitu mencintai dirinya.

Shixia Huang sendiri merupakan seorang peneliti kanker yang tinggal di Texas, Amerika Serikat dan otomatis sangat jauh dari keluarganya.

Sang putri kala itu secara mendadak mengabarkan bahwa dirinya sedang sakit.

Diketahui, bahwa Grace Li merupakan putri dari Shixia yang berusia 22 tahun dan saat ini bekerja sebagai guru Biologi di New York.

“Aku menelepon putriku dan dia mengatakan kepadaku bahwa dia sakit kepala,” kata Shixia.

“Kita juga sempat mengobrol tentang bagaimana dia melewati harinya dan tentang rencana kita untuk akhir pekan. Aku merasa sakit kepalanya tidak biasa dan dia merindukan rumah,” tambah Shixia.

Awalnya, Shixia berencana untuk bekerja lembur hari itu.

Namun setelah mendapatkan pesan dari putrinya, dia segera membatalkan niatnya.

Shixia justru langsung terbang ke New York mengunjungi putrinya.

Ya, setelah mendengar putrinya sakit kepala, Shixia rela terbang melintasi Amerika Serikat demi bertemu sang putri.

“Ya, tidak peduli berapa usia putriku, aku akan selalu menyeberangi dunia untuknya. Ketika aku tidak dapat melakukannya secara fisik suatu hari nanti, aku pasti akan melakukannya di hati saya,” ujar Shixia Huang.

Menurut Grace Li, tiket pesawat Texas-New York waktu itu sangatlah murah.

Ibunya pulang kerja, berkemas dan langsung terbang ke New York lalu tiba malam itu juga.

Grace Li pun menceritakan kisahnya tersebut di Twitter keesokan harinya dan banyak mendapatkan tanggapan.

Di Twitter Grace Li menuliskan bahwa awalnya dia menganggap ibunya hanya bercanda ketika mengatakan akan langsung mengunjunginya ke New York.

Namun ternyata sang ibu benar-benar datang.

“Sebelum dia pergi, dia begadang semalaman dan memasak jadi aku akan punya makanan untuk sisa minggu ini! Dia membuatkanku dua bekal makan siang dan membeli tupperware untuk menyimpan semua makanan lain dan sekarang kulkas saya penuh,” kata Grace Li.

“Dapurku juga lebih bersih dari yang pernah aku lihat dan semua lemariku menjadi rapi,” tambah Grace yang bahagia dengan kunjungan ibunya.

Membina Kedekatan Ibu dan Anak

Terkadang sering kita temui fenomena dimana anak hanya akan dekat dengan salah satuorang tua saja. Ada juga anak yang tidak dekat dengan ibunya karena hal-hal tertentu.

Sebenarnya, hubungan antara ibu dan anak dapat dibina secara perlahan agar menghasilkan hubungan yang baik antara ibu dan juga anak.

1. Segera ambil tindakan jika ada perubahan besar dalam hidup anak putri kita masing-masing. Make the first move. Jangan abaikan. Jangan berfikir hal ini akan segera berlalu. Jika ada yang aneh-aneh, bicarakan dengan suami dan putri kamu, apa yang sebaiknya dilakukan, termasuk pergi ke psikolog remaja.

2. Ubah diri kamu sebagai seorang ibu. Mungkin tadinya kita bermake up tebal, mengaji dan shalat ogah-ogahan. Bicara serampangan. Ubah diri kita dulu, sebelum berharap diri anak kita berubah. Kalau tujuan hidup kita tidak jelas, jangan harap anak kita punya tujuan hidup yang benar.

3. Berlatih berkomunikasi dengan menjadi pendengar aktif. Waktu gadis kita masih kecil, kita bernyanyi dan bercerita, dia mendengar dan berlatih bicara.

4. Gunakan sudut pandang “aku” bukan “kamu”. Misalkan: “Ummi sedih Wafa jarang setoran hafalan lagi”. Bukan pernyataan “kenapa kamu ga menghafal lagi nak?”. Karena kesannya kita kasar, sarkastis dan menghakimi. Mengakibatkan luka di hati dan menjauhkan kita dari penyelesaian masalah.

Nah, dari hal-hal kecil semacam itu. Lama-lama hubungan antara anak dan ibu akan menjadi semakin baik dan semakin dekat kembali.