Mencengangkan, Curhatan Bocah Tentang Omongan Orangtuanya

Menjadi sosok orangtua yang baik tentu adalah hal yang sulit. Namun, setiap orang sudah harus mempersiapkan diri dan membentuk pribadi agar bisa menjadi orang yang baik bagi anak-anaknya.

Tentu hal ini demi membentuk karakter anak juga, agar bisa menjadi anak dengan pribadi baik. Semua tentu dimulai dari didikan yang diberikan oleh orangtuanya bukan?

Meski begitu, tak semua orangtua bisa memposisikan diri sebagai orangtua yang baik. Karena ternyata, masih banyak juga orangtua yang justru melakukan pola didikan yang salah ke anak.

Bahkan, tak jarang yang sampai membuat sang anak tertekan karena perkataan atau perbuatan yang dilakukan terhadap anak.

Tanpa disadari hal tersebut membentuk mental anak menjadi kurang baik.

Beberapa waktu yang lalu, sebuah curhatan mengiris hati dari seorang bocah beredar luas di sosial media.

Betapa tercengangnya ketika melihat curhatan menyayat hati tersebut. Karena ternyata ia mengutarakan perasaan tidak senangnya terhadap ayahnya sendiri.

Ya, perkataan orangtua yang tengah emosi memang terkadang tidak bisa dikendalikan dan cenderung menyakiti hati sang anak.

Namun, siapa sangka jika hal tersebut bisa membuat dampak negatif bagi anak-anak?

Emosi yang diluapkan kepada anak melalui perkataan yang seringkali dilontarkan. Rupanya bisa mengendap dan terus dikenang oleh anak.

Parahnya, perkataan-perkataan tersebut bisa terus membekas di ingatan sang anak sehingga anak mengalami sisi traumatis tersendiri.

Alhasil beginilah yang akan terjadi kepada anak-anak.

Seperti curhatan para bocah ini.

Beberapa anak terlihat menuliskan keluh kesah mereka tentang apa yang mereka tak suka dari ayah dan ibunya.

Dan percaya atau tidak, kebanyakan mereka tak suka saat ayah dan ibu mereka berucap ‘Goblok, bego, anj*ng, tolol’.

Aku tidak suka kalo papa ngomong goblok, bego

Aku tidak suka kalo mama ngomong anj*ng, tol*l

Aku gak suka ayah…? Mukul

Aku gak suka ibu…? Narik

Aku nggak suka kalau bapak ngomong: kamu goblok, kamu bego, kamu bohong, kamu bodoh.

Aku nggak suka kalau temen ngomong: kamu jorok, kamu kayak anj*ng, kamu goblok, kamu bodoh.

Saya tidak suka ayah ngomong membuat hati saya sakit, mengatai goblok, anj*ng dan aku tidak suka dipukul

Saya tidak suka dikatain lagi dan dipukul

Seketika dari serentetan tulisan jujur para anak-anak tersebut. Netizen banyak yang dibuat sedih dan menangis lantaran menyadari bahwa fakta anak-anak bisa mengalami traumatis karena perkataan orang dewasa.

Mereka ramai-ramai mengomentari postingan tulisan tangan bocah yang diunggah oleh beberapa akun.

@akugobloksekali, “sedih……MAU NANGIS/”

@sevhiaprlyn, “kok gue sedih bacanya:(“

@eulchacha, “masa aku nangis :(“

Nah, jika sudah begini. Sudah mulai sadar kan bahwa apa yang dilakukan kepada anak bisa membekas dan menjadi trauma bagi sang anak?

Jika anak tengah melakukan kesalahan atau harus ditegur, ada cara-cara tersendiri yang bisa kamu lakukan daripada membentak atau mengatainya dengan kasar, antara lain sebagai berikut.

Dinginkan kepala sebelum menegur

Menegur tanpa emosi sangat penting, karena jika dilakukan dengan emosi maka apa yang akan disampaikan kepada anak tidak akan diterima oleh anak. Untuk mendinginkan diri, cara meredam emosi yang paling tepat adalah dengan menjauh dari anak untuk sementara. Katakan kepada anak bahwa kita perlu memikirkan tentang kesalahannya tadi dan akan berbicara dengannya kalau kita sudah siap.

Gunakan kalimat positif

Ketika sedang marah, memang sulit menggunakan kalimat yang lebih bijak, karena emosi sedang mengambil alih. Tapi jika sudah terbiasa, kata – kata positif akan keluar dari mulut kita dengan sendirinya. Contohnya, katakan pada anak bahwa kita lebih suka jika dia mengikuti aturan yang telah ditetapkan, daripada mengatakan kalau dia nakal dan kita tidak menyukainya. Hindari pemakaian kata ‘jangan’ kalau bisa.

Jaga Intonasi

Berbicara dengan anak mengenai kesalahannya adalah salah satu cara mendidik anak perempuan dan cara mendidik anak laki-laki yang benar. Pentingnya mengendalikan diri saat amarah menguasai agar bisa mengendalikan pula nada bicara kita kepada anak. Jangan sampai berteriak atau membentak, itu akan menjadi penyebab anak melawan orangtua sebagai bentuk pertahanan dirinya.

Sudah ada bayangan, bagaimana akan menegur anakmu ketika salah dibandingkan dengan membentak dan mengatainya? Selamat mencoba…

 

Shares

Powered by moviekillers.com