Afi Nihaya Paradisa, seorang pelajar SMA Gambiran, Banyuwangi yang baru-baru ini muncul ke permukaan dan menjadi viral berkat tulisannya di Facebook kerap kali menjadi viral. Banyak yang memuji, ada juga yang tidak setuju dengan tulisannya tersebut. Namun Afi kini justru menjadi laris manis.
Selain mendapatkan tawaran beasiswa dari Pemkab Banyuwangi, Dia pun banyak sekali mendapatkan tawaran untuk mengisi acara di berbagai tempat dan kesempatan.
Afi lahir dan menetap hingga besar di Desa Yosomulyo, Gambiran, Banyuwangi. Gadis kelahiran 23 Juni 1998 itu dikenal publik karena sangat kritis sekaligus inspiratif. Banyak tulisan yang dihasilkannya, buah dari kekritisannya dalam menanggapi suatu hal.
Bukan hanya satu atau dua tulisan saja yang dihasilkannya, namun banyak dari tulisannya yang juga menjadi viral dan menjadi bahan perbincangan oleh publik.
Tulisan terbarunya, bahkan sudah disukai oleh lebih dari 30.000 orang dan dibagikan sebanyak puluhan ribu orang di dunia maya. Bahkan follower akunnya saja, sudah mencapai hingga 270.000 orang. Wow bukan jumlah yang sedikit tentunya, ya?
Afi sempat menceritakan kisah menulisnya. Dia mulai menyukai dunia tulis menulis sudah sejak duduk di bangku SD. Afi mendapatkan inspirasi menulis melalui pengamatan yang dilakukannya sehari-hari dan juga melalui kegemarannya untuk membaca buku. Dari situlah dia banyak menemukan inspirasi yang dapat dijadikan sebagai bahan tulisannya.
Biasanya Afi membaca beragam berita yang diunggah di dalam media internet, namun dia juga membaca banyak buku-buku untuk mengembangkan pemikirannya. Dalam sebulan, Afi menetapkan target membaca sekitar satu hingga 3 buku.
Afi mengatakan, emski dia begitu menyukai menulis sejak lama, namun dia baru aktif memulai menulis sejak dia menggunakan Facebook sejak bulan Maret 2016. Tiga bulan setelah aktif menulis dan menggunakan Facebook, tulisannya pun banyak disukai dan sering menjadi viral.
Padahal, Afi mengakui jika dirinya semata-mata hanya sekedar menulis tanpa mengharpakan tulisannya menjadi viral. Bahkan untuk kepikiran hal tersebut pun tidak pernah terbersit sama sekali di pikirannya. Dia hanya menulis ketika ingin menulis dan mengunggahnya di sosial media. Justru, ketika menjadi viral dia pun sama sekali tidak menyangka hal tersebut.
Meski banyak dari tulisannya yang disukai oleh beberapa kalangan, masih ada saja pihak yang tidak setuju dan tidak menyukai tulisan-tulisannya tersebut. Akun Facebook nya sempat di suspend atau ditangguhkan.
Menurut Afi sendiri, diduga akun miliknya telah di report atau dilaporkan oleh seseorang yang tidak dikenalnya sebelumnya. Sehingga, pihak Facebook menangguhkan akunnya tersebut. Namun setelah beberapa waktu, akun Facebook nya dapat digunakan kembali dan sudah mulai aktif untuk digunakan.
Apa yang dilakukan oleh Afi inipun pada akhirnya menyita perhatian dari Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.
Abdullah Azwar Anaspun mengajak Afi untuk makan bersama di ruang kerja, Kamis (18/5/2017).
Pada kesempatan itu, Anas menawarkan ke Afi untuk mengikuti beasiswa Banyuwangi Cerdas yang bekerja sama dengan beberapa universitas negeri.
Beasiswa ini membiayai kuliah beserta biaya hidup selama berkuliah. Di ruang kerjanya, Anas mengajak Afi makan bersama dengan menu pecel rawon.
Ini Cuplikan Tulisan Afi :
WARISAN
Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan.
Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.
Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.
Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.
Ternyata,
Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya.
Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka,
Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan, “Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh
dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu,
memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh…..