Berangkat Sekolah Naik Perahu, Sumarni Mendapatkan Kejutan
Perjuangan untuk bersekolah di beberapa daerah terpencil dan akses lokasi yang sulit membuat sebagian siswa harus rela menempuh perjalanan yang jauh dan penuh risiko. Tidak jarang yang harus menerjang sungai dengan aliran air yang deras dan berbahaya.
Potret inilah yang masih dirasa sangat memprihatinkan, karena keselamatan untuk sampai ke sekolah benar-benar dipertaruhkan. Hal inilah yang masih terus menjadi sorotan bagi orang banyak.
Solidaritas sosial jangan pernah pupus di era media sosial.
Pesan itulah yang dikirim dari Kampung Wisata GeoPark Rammang Rammang, Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, utara Maros, Sulawesi Selatan saat peringatan 72 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, Kamis (17/8/2017) siang.
Sumarni (13), gadis dari Dusun Massaloeng, Desa Salenrang, Bontoa, siang kemarin, memperoleh rezeki dadakan yang tak disangka-sangka’.
Usai menunaikan salat asar dan tengah mempersiapkan panganan buka puasa sunnah-nya, saat tiga perahu mesin tempel, berlabuh di belakang rumahnya.
Perahu jenis jolloro itu, memuat 4 delegasi komunitas guru besar, pejabat, pengusaha, profesional, politisi, dan jurnalis, Senter Senter Bella (SSB), dan rombongan dari Fakultas Tekonologi Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.
Mereka membawa donasi “spontan” berupa sepeda kayuh, tumblr pack, dan uang cash Rp 20 juta.
Spontan, sebab uang itu terkumpul dalam tempo kurang 7 jam, Kamis kemarin.
“Ini uang kita pakai biaya sekolah-ta Nak. Beliki perahu baru, ini sepeda-ta simpan di dermaga I, supaya tak jalan kaki meki lagi ke sekolah Nak!” ujar Dekan FTI UMI, Zakir Sabara, saat menyerahkan donasi itu, di halaman samping rumah Sumarni di anak sungai Massaloeng, Rammang Rammang.
Donasi spontan itu terkumpul dari sekitar 27 dari 91 member instant chat group SSB.
Penyerahan itu disaksikan oleh Kepala Desa Salenrang M Nasir Dg Sewang, Kasubdit Badan Lingkungan Hidup Maros M Jusuf Latief, Aminah, ibu kandung Sumarni, 5 dari 7 saudara, dan 5 dosen dari FTI UMI,”.
“Bapaknya Sumarni, pergi baca doa tadi di kampung Berua,” ujar Sunardi, kakak kedua Sumarni, yang juga sarjana pendidikan di STKIP Yapim Maros.
Ayah Sumarni, Lulung (52) diketahui hanya berprofesi sebagai petani dan juru baca doa, barazanji di kampung.
Keluarga ini punya 1 Jolloro dan dua perahu tempel tua yang sudah berusia 31 tahun.
Kebanyakan yang menyumbang adalah guru besar, ada pejabat tinggi negara, Ketua Komisi Pemantau Persaingan Usaha (KPPU), direktur jenderal, dan legislator, profesional, dan pengusaha.
Sumbangan itu mengalir, setelah menyaksikan video dan foto, Sumarni yang mendayung sendiri perahu sampannya, sepulang sekolah, Rabu (16/8/2018) lalu.
Foto, video dan sekelumit cerita Sumarni yang setiap hari ke sekolah naik perahu, diposting di media sosial, dimuat oleh Tribun Timur dan viral kurang dari 14 jam.
Solidaritas sosial pun muncul.
“Kawan² SSB menggalang rasa haru sebangsa terhadap remaja putri di desa kecil itu. Hanya dalam tempo yang singkat, sesudah zuhur, terkumpul uang Rp 20 juta. Uang itu sudah dibawa oleh beberapa kawan SSB sekalian bersilaturrahmi ke rumah Sumarni,” ujar Prof Dr Qasim Mathar guru besar Filsafat UIN Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Dia melanjutkan, setelah 72 tahun Indonesia merdeka, kita masih melihat generasi muda kita pergi ke sekolah setiap hari, seperti Sumarni.
Berbagi kepada sesama itu sungguh menyenangkan lho guys. Kamu bisa mencoba untuk melatih anak agar mau berbagi sejak kecil.
Jangan Menghukum Anak Karena Dia Pelit
Hukuman justru akan memicu rasa benci anak daripada menjadikan anak bermurah hati. Disarankan untuk memberi dorongan positif daripada hanya sekedar menegur dan menghukum. Terus beri dorongan positif agar anak mau berbagi, dan ketika dia berbagi, jangan lupa beri dia pujian.
Berilah Contoh
Cara yang terbaik untuk mengajari anak untuk lebih bermurah hati adalah dengan memberi contoh. Jadi jangan segan-segan untuk berbagi ice cream dengannya, tawarkan pertolongan ketika dia sulit memakai sepatu, dan sebagainya. Jadi, berbagi itu memang terlihat oleh si anak dari hal-hal yang orangtua lakukan terhadapnya, sehingga dia merasakan betul enaknya dia di bagi ice cream oleh mamahnya, betapa jadi mudah menggunakan sepatu setelah dibantu oleh mamahnya. Jadi, ketika berbagi dengan si kecil pastikan dia merasakan manfaat dari berbagi itu sendiri, tapi bukan menjadikan si kecil menjadi manja.
Ajari Juga Mana Yang Tidak Boleh Untuk Berbagi
Setelah anak mulai memberikan kemajuan mengenai berbagi, jangan lupa pula untuk mengajari hal-hal apa saja yang tidak boleh berbagi dengan temannya, ini juga penting untuk memberikan pelajaran mana yang boleh dan mana yang tidak. Berikan alasan kenapa sikat gigi tidak boleh berbagi penggunaannya, dan lain lain.
Cukup mudah kan untuk diterapkan, selamat mencoba dan berbagilah kepada sesama.
